Selasa, 23 Agustus 2016

BUDAYA SENSOR MANDIRI
Apa Itu Budaya Sensor Mandiri?
Budaya sensor mandiri berarti, kita sebagai orangtua dan orang dewasa, aktif memilih tayangan mana yang dapat ditonton atau tidak dapat ditonton oleh anak kita. Tayangan mana yang boleh ditonton tetapi membutuhkan bimbingan orangtua.
Tentunya anda masih ingat ketika dahulu acara di televisi selalu ada kategori usia di pojok bawah, seperti BO (Bimbingan Orangtua).
Seharusnya orangtua memberi batasan tontonan anak bila memang tidak ada pendamping di rumah yang bisa dimintai tolong.
Sayangnya, jarang ada orangtua yang mau seribet itu dalam memilah milah tayangan baik dari televisi maupun bioskop. Di sinilah pentingnya kesadaran orangtua dalam pendidikan anak. Mungkin sebagian besar orangtua tidak menyadari bahkan tidak percaya bahwa tontonan itu bisa sangat mempengaruhi anak, apalagi bila usia mereka masih kecil. Padahal, anak akan otomatis meniru, dan alam bawah sadarnya juga akan terus mengingat.
Mengapa ada sensor?
Mungkin beberapa film jika dipotong adegan yang kurang pantas/dianggap tabu, maka akan tidak enak ditonton. Secara estetika akan membuat alur jadi membingungkan, dan tidak semua pembuat film terima dengan pemotongan adegan yang mempengaruhi jalan cerita. Tapi hal tersebut tentunya tidak membuat LSF gentar untuk melakukan sensor.
Perlu diperjelas bahwa, budaya sensor mandiri ini bukan berarti LSF lepas tangan. LSF tetap melakukan sensor sebelum sebuah film diluncurkan. oh ya, untuk sensor acara televisi, merupakan tugas dan tanggung jawab KPI ya (Komisi Penyiaran Indonesia), bukan LSF. Jadi kalau ada adegan tak senonoh atau merokok misalnya, atau ada anggota tubuh pemain sinetron yang diblur misalnya, nah itu yang melakukan adalah KPI. LSF sendiri lebih kepada film yang beredar di Indonesia.
Bagaimana cara efektif budaya sensor mandiri?
  1.    Sesuaikan film dengan kategori usia anak
  2.   Tonton dulu film yang sesuai kategori usia anak, sebelum mengajaknya atau membolehkannya   menonton.
  3.    Dampingi anak saat menonton film.
  4.    Diskusikan film setelah menonton



Maka dari itu, ada baiknya kita mulai budaya sensor mandiri. Artinya kita mulai dari diri sendiri memilah dan memilih tontonan yang baik. Tontonan yang baik tentu saja tontonan yang dapat diambil manfaatnya dari yang kita lihat tersebut. Kemudian apabila ada anak-anak kita yang menonton televisi, ada baiknya pula didampingi. Mendampingi dalam artian turut menjelaskan pada anak tentang hal-hal yang ditampilkan itu. Secara tidak langsung anak dengan sendirinya akan punya “daya sensor” sendiri tentang hal-hal yang ditontonnya
Apalah artinya Lembaga Sensor Film (LSF) bekerja keras menyeleksi dan menyensor bagian-bagian terlarang di film atau di TV kalau yang menonton dan menyaksikan tidak sesuai dengan usianya. Jadi ayo kita lakukan budaya sensor mandiri.                                   
  #AYOSENSORMANDIRI         


2 komentar:

  1. Play Blackjack online | LuckyClub
    Blackjack online is a new card game from luckyclub.live LuckyClub, a unique and original casino that is a very popular and enjoyable experience. You can win real money here

    BalasHapus
  2. The best free bet apps & sports picks - Dr.MCD
    › app 광양 출장샵김천 출장안마 sports-betting-apps › app › 서귀포 출장마사지 sports-betting-apps Nov 12, 2021 강원도 출장샵 — Nov 김포 출장마사지 12, 2021 The best free bet apps & sports picks · 1. DraftKings: $200. DraftKings Bonus: $1,000 · 2. FanDuel: $1,000 · 3. DraftKings: $10,000 · 4. DraftKings: $3,000 · 5. Caesars

    BalasHapus